Konsep Dasar Pendidikan Islam

 

  1. Pendahuluan

Pendidikan adalah sesuatu yang essensial bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia bisa belajar menghadapi alam semesta demi mempertahankan kemerdekaannya. Karena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrin Islam. Hal ini bisa dilihat dalam al Qur’an dan hadits yang banyak menjelaskan tentang arti pendidikan bagi kehidupan umat Islam sebagai hamba Allah.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU Sisdiknas No. 20, 2003)

Jadi, pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar yang membiasakan warga masyarakat sedini mungkin menggali, memahami, dan mengamalkan semua nilai yang disepakati sebagai nilai terpuji dan dikehendaki, serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi, masyarakat, bangsa, negara dan agama.

 

  1. Rumusan Masalah
  1.                         1.      Istilah Pendidikan Islam
  2.                         2.      Dasar filosofi Pendidikan Islam
  3.                         3.      Tujuan Pendidikan Islam
  4.                         4.      Fungsi Pendidikan Islam

 

 

 

 

BAB II

KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM

 

  1. Hakekat dan Istilah Pendidikan Islam

Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara.(Zakiyah Drajat, 1996: 25) Menurut pendapat ahli, Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. (Hasbullah,2001: 4)

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. (Ngalim Purwanto, 1995:11).

Islam sebagai petunjuk Ilahi mengandung implikasi (pedagogis) yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia menjadi seorang mukmin, muslim, muhsin, dan muttaqin melalui tahap demi tahap. Sebagai ajaran (doktrin), Islam mengandung nilai di mana preses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir pedagogis muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan Islam yang lentur juga normatif menurut kebutuhan masyarakat dari waktu ke waktu.

Hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.

Pendidikan, secara teoritis mengandung pengertian “memberi makan” (opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan” kemampuan dasar menusia. Bila ingin diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam, maka harus berproses melalui sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun melalui sistem kurikuler.

Esensi yang merupakan potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu terletak pada keimanan/keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak (moralitas) dan pengamalannya. Oleh karenanya, maka dalam strategi pendidikan Islam, keempat potensi dinamis yang esensial tersebut menjadi titik pusat dari lingkaran proses pendidikan Islam sampai kepada tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia dewasa yang mukmin/muslim, muhsin, dan mukhlisin muttaqin.[1]

 

  1. Dasar Filosofi Pendidikan Islam

Berdasarkan pendekatan filosofis, Ilmu Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses pendidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam menurut konsepsi filosofis bersumberkan kitab suci al Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad SAW.Dasar pendidikan Islam terutama adalah Al-Qur’an dan al-Hadist. Dalam Al-qur’an, surat Asy-Syura, ayat 52:

 

Artinya,

“dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al kitab (al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,tetapi kami menjadikan Al-Qur’anitu cahayayang kami beri petunjuk dengan dia siapa yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalannya yang benar.”

Hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya:

“sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasategakta’at kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta menasehati pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatianserta mengamalkanajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung danmemperoleh kemenangan ia” (Al-Gazali, Ihya’ Ulumuddin hal. 90).

Dari ayat Al-Qur’andan Hadist Nabi di atas dapat di ambil titik relavansinya dengan atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat:

  1.                   1.          Bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk ke arah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT.
  2.                   2.          Menurut Hadist Nabi, bahwa di antara sifat orang mu’min ialah saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
  3.                   3.          Al-Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkankepada umatnya agar saling member petunjuk, member bimbingan, penyuluhan, dan Pendidikan Islam.

Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi  dalam bukunya “Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam” menegaskan bahwa pendidikan agama adalah untuk mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur”.[2]

Urutan prioitas pendidikan Islam dalam upaya pembentukan kepribadian muslim, sebagaimana di ilustrasikan berturut-turut dalam al Qur’an surat Luqman, mulai ayat 3 dan seterusnya adalah:

  1. a.      Pendidikan keimanan kapada Allah SWT.

Pendidikan yang pertama dan utama untuk dilakukan adalah pembentukan keyakinan kepada Allah yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.

  1. b.      Pendidikan Akhlaquk Karimah

Berakhlak yang mulia adalah merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antara sesamanya. Akhlak termasuk makna yang terpenting dalam hidupan ini.

 

 

  1. c.       Pendidikan Ibadah

Islam memandang untuk manusia suatu tata tertib untuk kehidupannya sebagai suatu keseluruhan, baik material maupun spiritual.upaya untuk ini Islam memberikan aturan-aturan peribadatan, sebagai manifestasi rasa syukur bagi makhluk terhadap khaliqnya.

Firman Allah:

“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia mengerjakan yang cegahlah mereka dari perbutan yang munkar dan bersabarlah terhadap api yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan Allah”. ( Luqman : 17)

Yang esensial dari pendekatan filosofis ini adalah lahirnya sikap dasar dan pandangan dasar yang meyakini bahwa Islam sebagai agama wahyu (agama samawi) mengandung konsep-konsep, wawasan-wawasan dan ide-ide dasar yang memberi inspirasi terhadap pemikiran umat manusia dalam rangka menyelesaikan permasalahan kehidupannya.[3]

 

  1. Tujuan Pendidikan Islam

Pelaksanaan pendidikan Islam yang berkembang dalam masyarakat berorientasi kepada pelaksanaan misi Islam dalam tiga dimensi pengembangan kehidupan manusia, yaitu:

  1.                   1.      Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba Allah untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan yaitu nilai-nilai Islam.
  2.                   2.      Dimensi kehidupan ukhrawi mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya dalam pola hubungan yang serasi dan seimbang dengan Tuhannya. Dimensi inilah yang melahirkan berbagai usaha agar kegiatan ‘ubudiahnya senantiasa berada di dalam nilai-nilai agamanya.
  3.                   3.      Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi mendorong manusia untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang utuh dan paripurna dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan, sekaligus menjadi pendukung serta pelaksana (pengamal) nilai-nilai agamanya.

Kalau kita lihat kembali pengertian pendidikan islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secarah keseluruhan adalah kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “Insan Kamil” dengan pola takwa, insan kamil artinya manusia utuh jasmani dan rohaninya, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan, mengajarkan dan mengembangkan ajaran islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya serta dapat mengambil  manfaatnya.

Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapainya, tetapi dengan kerja keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah mustahil.

Ada beberapa tujuan pendidikan, yaitu;

a. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Cara atau alat yang paling efektif dan efisien dalam tujuan pendidikan adalah pengajaran.

Tujuan umum pendidikan islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat pendidikan islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu.  Tujuan umum ini tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya.

b.Tujuan Akhir

Pendidikan islam itu berlangsung selama hdup, maka tujuan akhirnya terdapat pada akhir kehidupan ini pula. Orang yang sudah taqwa dalam bentuk insan kamil masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya supaya tidak luntur ketaqwaan seseorang tersebut karena banyaknya pengaruh-pengaruh. Tujuan akhir pendidikan islam iti dapat dipahami dalam firman Allah :

$pkš‰r’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡•B ÇÊÉËÈ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. ( Q. S . 3 Ali Imron 102 )

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari taqwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi proses pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhir. Insan kamil yang mati dan akan menghadap tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan islam.

  1. Tujuan Sementara

Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalan suatu kurikulum pendidikan formal.

Pada tujuan sementara insan kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka lingkaran tersebut akan semakin besar

  1. Tujuan Oprasional

Tujuan oprasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan oprasional ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK).

Dalam tujuan oprasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu. Sifat oprasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancar mengucapkan. Mengerti, memahami, meyakini adalah soal kecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah, seperti bacaan dan kaifiyat sholat, akhlaq dan tingkah laku. Pada masa permulaan yang penting adalah anak didik mampu dan terampil berbuat, baik perbuatan itu perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badan lainnya.[4]

  1. Fungsi Pendidikan Islam

Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memudahkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan yang bersifat struktural dan institusional.

Arti dan tujuan struktur adalah menuntut terwujudnya struktur organisasi pendidikan yang mengatur jalannya proses kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal maupun segi horizontal. Faktor-faktor pendidikan bisa berfungsi secara interaksional (saling mempengaruhi) yang bermuara pada tujuan pendidikan yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang terjadi di dalam srtuktur organisasi itu dilembagakan untuk menjamin proses pendidikan yang brejalan secara konsisten dan berkesinambungan yang mengikuti kebutuhan dan perkembangan menusia dan cenderung ke arah tingkat kemampuan yang optimal. Oleh karena itu, terwujudlah berbagai jenis dan jalur kependidikan yang formal, informal, dan non-formal dalam masyarakat.

Menurut Kurshid Ahmad, fungsi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

  1.                   1.      Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa.
  2.                   2.      Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.[5]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Pendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan pendidikan yang lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain yang bersifat teoritis dan praktis.

Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Arifin, M. Ed. 1933. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Al Abrasyi, Moh. Athiyah. 1980. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Terjemah Prof. H. Bustani A. Goni dan Djohar Bahri LIS. Jakarta : Bulan Bintang.

Daradjat, Zakiah. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Mujib, Abdul Mujib. Dan Mudzakir, Jusuf. 2006. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta, PrenadaMedia.

Al Qur’an Al Karim. Ali Imron, ayat 102.

 

 

 

 

 


[1]  Prof. H. M. Arifin, M. Ed. Ilmu Pendidikan Islam. JKT, Bumi Aksara. 1993……hlm 32

2  Moh. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah Prof. H. Bustani A. Goni dan Djohar Bahri LIS. Jakarta : Bulan Bintang, 1980. Hal. 15.

[3]  Prof. H. M. Arifin, M. Ed. Ilmu Pendidikan Islam. JKT, Bumi Aksara. 1993……hlm 109

[4] Daradjat, Zakiah, Dr., Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta:2004 cet.5 hlm….29

 

[5]  Dr. Abdul Mujib, M. Ag. Dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M. Si. Ilmu Pendidikan Islam.JKT, PrenadaMedia. 2006 hlm…69